PERBEDAAN KEBUDAYAAN DAN PERADABAN MENURUT AHLI
Menurut Koentjaraningrat
dalam bukunya “Pengantar Antropologi” tahun 2005 menjelaskan bahwa kebudayaan adalah
seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia
dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar.
Peradaban sendiri merupakan bagian-bagian serta unsur dari kebudayaan yang
sifatnya, halus, maju, indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan adat
dan sopan santun serta pergaulan, organisasi bernegara, dan lain-lain. Serta
peradaban ini digunakan untuk menyebut suatu kebudayaan yang memilki sistem
teknologi, ilmu pengetahuan, seni-rupa, yang maju dan
kompleks. Kebudayaan berasal dari kata budaya yang berarti hasil
pengembangan pemikiran manusia (budi: akal/pikiran; daya: kemampuan) dan
mendapat imbuhan ke-an sehingga menjadi kebudayaan (kata benda) yang berarti
segala hasil cipta, rasa dan karsa manusia ayang mereka gunakan untuk
kehidupannya. Peradaban berasal dari kata adab yang berarti baik (kata sifat),
mendapat imbuhan pe-an sehingga menjadi peradaban (kata benda) yang berarti
segala sesuatu yang dihasilkan manusia/kebudayaan yang bersifat baik atau dapat
memajukan kehidupan dan hal semacam ini hanya berlangsung sementara dan dalam
kurun waktu tertentu. Jadi dengan kata lain peradaban merupakan hasil/puncak
perkembangan dari suatu kebudayaan dan bersifat kompleks. Kebudayaan ini
berakar pada ide mengenai nilai, tujuan, pemikiran yang ditransmisikan melalui
ilmu, seni dan agama suatu masyarakat sedangkan peradaban berakar pada ide
tentang kemajuan material (ilmu dan teknologi), aspek kehalusan, penataan sosial
dan aspek kemajuan lain.
Kebudayaan merupakan
segala hasil cipta, rasa dan karsa manusia yang digunakan untuk kelangsungan
hidupnya yang sifatnya dinamis, artinya berkembang terus menerus/terus
berlanjut sampai sekarang. Sedangkan peradaban merupakan puncak dari suatu
kebudayaan itu sendiri yang berkembang dalam suatu masyrakat dan dalam kurun
waktu tertentu. Ide utama yang terkandung dalam peradaban adalah kemajuan,
perkembangan (progress dan development). Tetapi dalam peradaban tidak
adanya keberlanjutan/kontinyuitas. Selain itu peradaban berkembang dalam kurun
waktu tertentu serta bersifat munumental dimana peradaban merupakan bukti
kebesaran dari suatu masyarakat yang hidup dalam suatu daerah (misalnya:
Peradaban Yunani Kuno, Peradaban Lembah Sungai Indus, Peradaban Mesir Kuno, Peradaban
Sungai Eufrat dan Tigris, dan lain-lain)
Kebudayaan terdiri
atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang
diperoleh dan terutama diturunkan oleh simbol-simbol yang menyusun
pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia, termasuk di
dalamnya perwujudan benda-benda materi; pusat esensi kebudayaan terdiri atas
tradisi cita-cita atau paham, dan terutama keterikatan terhadap nilai-nilai
yang berkembang terus. Untuk membangun peradaban perlu adanya jaringan
sosial atau inovasi sosial yang menciptakan pranata (institusi) sosial yang
memungkinkannya menerima dan mengembangkan produk-produk peradaban lain dalam
konteks kebudayaan sendiri.
Daed Joesoef berpendapat
kebudayaan adalah hal-hal atau segala sesuatu yang mempunyai ciri atau sifat
budaya. Sedangkan budaya itu sendiri adalah sistim nilai yang dihayati. Nilai
dapat berbentuk (tangible) seperti bangunan bersejarah, karya seni, lukisan,
patung, dan lainnya. Dan peradaban adalah suatu kondisi masyarakat yang
terdiri dari kesatuan budaya dan sejarah. Dalam pengertian lain peradaban
merupakan jenjang keberadaan tertinggi yang dapat dicapai oleh suatu
kebudayaan; ia adalah artifisial, tidak metafisis, tidak berjiwa, dikuasai oleh
intelek. Sebuah peradaban mengalami siklus dalam ruang dan waktu. Ia
mengalami pasang dan surut. Sedangkan kebudayaan lepas dari kontradiksi ruang
dan waktu. Ia memiliki ukuran tersendiri (ukuran benar salah, tepat tidak atau
berguna tidak) di dunai pemikiran.
Kebudayaan dan peradaban
memang merupakan aspek-aspek kehidupan sosial manusia yang memiliki sedikit
perbedaan tapi dari perbedaan tersebut dapat diambil jalan tengah yaitu
peradaban dan kebudayaan adalah dua aspek dalam kehidupan manusia, ada hubungan
timbal balik antara keduanya. Sebagaimana hubungan antara aspek spiritual,
mental dan material dalam diri manusia. Kebudayaan ataupun peradaban,
mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang
kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat
(kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat.
Perbedaan Kebudayaan dengan Peradaban
Kata “kebudayaan”
berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak
dari buddhi yang berarti budi atau akal. Demikian kebudayaan itu dapat
diartikan “ hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal .” . Ada pendirian
lain mengenai asal dari kata kebudayaan itu, ialah bahwa kata itu adalah suatu
perkembangan dari majemuk budi-daya, artinya daya dan budi, kekuatan dari akal.
Adapun istilah inggrisnya berasal dari kata Latin colere yang
berarti “mengolah, mengerjakan”, terutama mengolah tanah atau bertani . Dari
arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya dan usaha
manusia untuk merubah alam.
Adapun istilah peradaban
dapat kita sejajarkan dengan kata asing civilization . Istilah
itu biasanya dipakai untuk bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang
halus dan indah, seperti : kesenian, ilmu pengetahuan, serta sopan-santun dan
sistem pergaulan komplex dalam suatu masyarakat dengan struktur yang komplex.
Sering juga istilah peradaban dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang
mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni rupa, sistem kenegaraan dan
ilmu pengetahuan yang maju dan komplex.
( Koentjaraningrat ,
1948 : 9-10 )
Jika Huntington (1996)
mendefinisikan peradaban (civization) sebagai the highest social grouping of
people and the broadest level of cultural identity people have short of that
which distinguish humans from other species, dan Ibnu Khaldun ( 1332-1406 M )
melihat peradaban (umran) sebagai organisasi sosial manusia, kelanjutan dan
proses tamaddun ( semacam urbanisasi ), lewat ashabiyah (group feeling,
espritde corp ). Peradaban disini didefinisikan sebagai keseluruhan
kompleksitas prosuk pikiran kelompok manusia yang mengatasi Negara, ras,
suku, atau agama yang membedakannya dari yang lain, tetapi tidak monolitik
dengan sendirinya. ( Bambang Santosa dkk., 2008 : 44 )
Pendapat Pribadi :
Kebudayaan adalah suatu rasa yang diciptakan oleh manusia agar dapat berkembang
demi kelangsungan hidup mereka, sedangkan peradabaan adalah sekumpulan orang
atau masyarakat yang telah memiliki kebudayaan yang telah mereka kembangkan.
KEBUDAYAAN NASIONAL
Pengertian Kebudayaan Nasional Indonesia
Kebudayaan
berasal dari bahasa Sansekerta budhayah, bentuk jamak dari budhi yang berarti
akal atau budi; sehingga kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang
bersangkutan dengan akal atau budi (Junidar Hasan, 1986). Kebudayaan adalah
segala yang dihasilkan oleh manusia berdasarkan kemampuan akalnya atau
gagasannya. Koentjaraningrat (Junidar Hasan, 1986) mengatakan bahwa kebudayaan
dalam bahasa Inggris adalah Culture, yang berasal dari kata colere, dari bahasa
Latin yang berarti mengolah atau mengerjakan; yang dimaksudkan adalah mengolah
tanah atau bertani. Memang pengertian kebudayaan atau culture adalah segala
daya, kemampuan dan kegiatan untuk mengolah, bahkan merubah, dan memanfaatkan
alam (lingkungan).
Parsudi
Suparlan (1982) mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk social, yang digunakan untuk menginterpretasikan dan
memahami lingkungan yang dihadapi dan untuk menciptakan serta mendorong
terwujudnya kelakuan. Menurut Parsudi Suparlan, bahwa kebudayaan itu hanya
mencakup pengetahuan atau satuan ide (gagasan) saja; sedangkan kelakuan dan
hasil kelakuan saling berkaitan dan saling pengaruh mempengaruhi dalam kegiatan
hidup manusia. Satuan ide adanya didalam kepala manusia dan tidak bias dilihat;
sedangkan kelakuan dan hasil kelakuan sebagai satuan gejala berada pada tingkat
kenyataan dan dapat dilihat pada ruang dan waktu tertentu.
Banyak
yang merumuskan tentang pengertian atau apa yang dimaksud dengan Kebudayaan
Nasional Indonesia itu. Sultan Takdir Alisjahbana (Koentjaraningrat, 1985)
berpendapat bahwa, Kebudayaan Nasional Indonesia adalah suatu kebudayaan yang
dikreasikan dengan mengambil banyak unsur kebudayaan yang dianggap universal,
yaitu kebudayaan barat. Unsur-unsur kebudayaan barat yang penting dikreasikan
itu menurut Sultan Takdir Alisjahbana, terutama unsur-unsur teknologi, ekonomi,
keterampilan berorganisasi, dan ilmu pengetahuan. Tempak rumusan ini sangat
berorientasi pada aspek material, intelektual, dan individual; adalah sangat
wajar bila banyak yang kurang setuju pada rumusan tersebut. Sanusi Pane (Koentjaraningrat,
1985) menyatakan bahwa Kebudayaan Nasional Indonesia adalah kebudayaan timur,
oleh karena itu harus mementingkan unsur-unsurkerohanian, perasaan dan
kegotongroyongan. Rumusan ini tampak controversial dengan rumusan dari Sultan
Takdir Alisjahbanayang mementingkan material, intelektual, dan individual.
Poerbatjaraka
(Koentjaraningrat, 1985) mengatakan bahwa kebudayaan Indonesia harus dibangun
dan berakar pada sejarah dan kebudayaan masa lampau Indonesia sendiri. Artinya,
harus berakar pada kebudayaan suku-suku bangsa yang ada di Nusantara ini.
Pendapat ini telah dianut pula oleh Ki Hajar Dewantara (Koentjaraningrat,
1985), yang berpendapat bahwa, Kebudayaan Nasional Indonesia adalah
puncak-puncak dari kebudayaan-kebudayaan daerah. Metaphor puncak disini berarti
mutu, oleh karena itu, yang dimaksud unsur-unsur kebudayaan daerah itu adalah
yang paling tinggi mutunya. Contohnya Pancasila
sebagai dasar negara, Bahasa Indonesia dan Lagu Kebangsaan yang dicetuskan
dalam Sumpah Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti oleh seluruh pemuda berbagai
daerah di Indonesia yang membulatkan tekad untuk menyatukan Indonesia dengan
menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya tiap daerahnya
tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan“bhineka tunggal ika”.
DAMPAK POSITIF &
NEGATIF KEBUDAYAAN ASING YANG MASUK KE INDONESIA
Dampak Positif
- Dapat mempelajari kebiasaan, pola pikir dan perilaku bangsa2 yg maju sehingga mampu mendorong kita untuk lebih baik lagi dan maju seperti mereka.
- Adanya kemudahan untuk memperlihatkan dan memperkenalkan kebudayaan negeri kita sendiri ke luar negeri.
- Terjadinya akulturasi budaya yg mungkin bisa menciptakan kebudayaan baru yg unik.
Dampak Negatif
- Masuknya budaya asing yg lebih mudah diserap dan ditiru oleh masyarakat baik tua maupun muda, dan parahnya yg ditiru biasanya yg jelek2. Meniru perilaku yg buruk.
- Adanya globalisasi bisa memungkinkan hilangnya suatu kebudayaan karena adanya percampuran antara kebudayaan lokal dgn kebudayaan dr luar, bisa juga karna memang tidak ada generasi penerus yg melestarikan budaya tsb.
- Mudah terpengaruh oleh hal yg berbau barat. Generasi muda lupa akan identitasnya sebagai bangsa Indonesia karena perilakunya banyak meniru budaya barat.
- Menumbuhkan sifat dan sikap individualisme, tidak adanya rasa kepedulian terhadap orang lain. Padahal bangsa indonesia dulu terkenal dgn gotong royong.
Contoh
riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang
menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar